Belajar
dari tukang supir
Setiap hari ku selalu
mengendarai mobil truk yang besar.
Mata ini terasa perih
jika berpapasan dengan debu-debu di jalan.
Mandi keringat ku
lakukan setiap hari demi menyelesaikan pekerjaan ku.
Ku lalui musim panas
sampai musim kebanjiran, ku selalu setia mengendarai truk ini yang membawa
barang gas lpj.
Sering ku melihat
dengan mata kepala ku sendiri, ada orang kecelakan di jalan dan seperti nya tak
bisa di tolong lagi, dia hanya seorang tukang beca keliling.
Orang-orang hanya menganggap
nya sebelah mata tak ada yang perduli dengan keadaanya kecuali orang yang kenal
dengan nya (maklum hidup di ibu kota).
Ku tunai kan sholat
isya di salah satu masjid yang ada di ibu kota, ku melihat seoarng pejabat kaya
raya di sebelah ku, dia sangat di hormati oleh masyarakat sekeliling nya.
Sedangkan aku hanya
di pandang sebelah mata oleh sekeliling ku, tapi saat ku selesai menunaikan
sholat isya berjamaah, ku berkata dalam hati perbedaan itu akan hilang ketika
kita menghadap sang pencipta (Allah).
Semua pengorbanan ku
lakukan demi negri ini, andai seluruh supir truk pengangkut gas lpj tidak ada
yang mau lagi, apa yang terjadi hidup kita ini?
Intinya:
pengorbanan rakyat
kecil tidak akan pernah di anggap oleh penjabat tinggi (tampa kesadaran dari
diri sendiri).
Jangan melihat
pengorbanan kecil yang di lakukan seseorang kapada kita, tapi coba lah lihat
proses pengorbanannya kepada kita.
Curhatan
hati seseorang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar